BUPATI Bandung, Dadang M. Naser tanpa diduga melepas jam tangannya untuk diberikan kepada Agus Sutriana (51), seorang relawan Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Bandung saat peringatan HUT ke-68 PMI di Gedung Moh. Toha Soreang, Rabu (25/9). Kontan apa yang dilakukmang ulik 2annya ini mendapat aplaus dari ratusan anggota PMI, Palang Merah Remaja (PMR), dan tamu undangan. Bahkan Ketua PMI Jawa Barat, Adang Rochjana sampai berdiri untuk memberikan apresiasi. Tak hanya jam tangan, Bupati pun memberikan uang yang ada di dalam dompetnya. Apa yang dilakukan Bupati ini tidak lepas dari apa yang dirasakannya setelah menyaksikan film tentang kehidupan seorang relawan PMI. Film berdurasi 15 menit itu menggambarkan kehidupan Agus Sutriana bersama istrinya, Julaeha. Dalam film pendek itu digambarkan, bagaimana Agus yang hidup sederhana, masih memikirkan nasib orang lain yang tertimpa bencana. Perintah yang diterimanya melalui handy talky (HT) selalu dilaksanakan dengan sepenuh hati. Meski terkadang di waktu yang sama, sang istri membutuhkan kehadirannya.Usai memberikan sambutan, Bupati kemudian menanyakan relawan dalam film pendek tersebut. Dari pengurus PMI Kabupaten Bandung diketahui, ternyata Agus turut diundang menghadiri peringatan Hari PMI ini. Ia pun muncul dari barisan belakang. Setengah berlari, pria berkulit gelap dengan perawakan kurus itu menuju podium. Bahasa tubuhnya tidak bisa menyembunyikan rasa groginya. Sempat terjadi dialog singkat antara “sang aktor” dan Bupati. Salah satunya Bupati menanyakan jumlah anak. Dengan suara datar, Agus menyebut telah dikaruniai empat orang anak, dua di antaranya masih duduk di bangku sekolah. Anaknya yang ketiga, Rismawan duduk di bangku kelas 7 SMP dan Rahma Putri Agustin masih duduk di bangku kelas 1 SD. “Mau, anak-anaknya sekolah sampai perguruan tinggi?” tanya Bupati. Pertanyaan itu dijawab Agus dengan anggukan.Bupati pun menyatakan akan menjamin pendidikan kedua anak relawan PMI ini hingga ke jenjang perguruan tinggi. Setelah itu, pandangannya tertuju pada pergelangan tangan Agus. Entah karena tidak ada jam tangan melingkar di sana atau alasan lainnya, Bupati secara spontan melepas jam tangan miliknya. Menurut keterangan ajudan Bupati, Prabowo, jam tangan yang diberikan kepada Agus itu merupakan salah satu jam kesayangannya. Kepada “GM”, Agus mengaku terharu dan tidak menyangka bakal mendapat rezeki nomplok. Tidak pernah terbersit dalam pikirannya jika kehadirannya pada kegiatan peringatan HUT PMI itu bakal membawa berkah bagi keluarganya. “Saya datang ke acara ini hanya memenuhi undangan PMI Kabupaten Bandung dengan kapasitas sebagai relawan PMI. Sama sekali enggak menyangka akan mendapat hadiah jam tangan, uang Rp 1,25 juta, dan jaminan sekolah buat anak-anak,” katanya. Apa yang didapat Agus ini bisa jadi sangat sepadan dengan pengabdiannya selama 15 tahun. Kalau mau hitung-hitungan, tak banyak yang didapatnya sebagai relawan PMI. Bahkan mungkin tidak sebanding dengan pengorbanannya dalam membantu korban bencana. Banyak jasa yang diberikan Agus selama ini seperti membantu korban bencana gempa di Pangalengan, korban tanah longsor di Tenjolaya, sampai longsor TPA Leuwigajah. Meski tidak banyak kepastian dari apa yang dilakoninya ini, namun Agus tetap setia menjadi relawan.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ia bekerja sebagai operator stoomwalls dengan upah Rp 4.000/ton aspal. Namun itu pun tidak bisa setiap hari, hanya ketika ada proyek.

“Menjadi relawan PMI itu kebanggaan yang tidak bisa tergantikan dengan rupiah. Dulu saya pernah bercita-cita jadi tentara, namun tidak kesampaian. Saya baru sadar bahwa membela negara itu tidak hanya jadi tentara saja. Jadi apa pun bisa, termasuk menjadi relawan PMI,” tuturnya bangga.

(dicky mawardi/”GM”)**